Sabtu, 29 Oktober 2016

Sumpah Pemuda - Bonus Demografi (Opportunity or Calamity)

Karena masih hangat peringatan sumpah pemuda, kali ini saya akan coba membuat coretan pendapat ringan saya terkait sumpah pemuda. Mungkin sebagai bahan referensi, saya akan mengambil materi sambutan Menteri Pemuda dan Olahraga dalam Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun 2016. Let’s begin...





Berikan aku 1000 orang tua maka aku akan cabut semeru dari akarnya....
Berikan aku 10 pemuda maka akan ku goncang dunia...
(Ir. Soekarno)


Ungkapan tersebut kerap dijadikan sebuah mukadimah untuk memberikan semangat kepada anak muda dalam menatap masa depan, bahwasanya pemuda memiliki kekuatan ataupun potensi yang  besar untuk dapat dikembangkan.

Indonesia saat ini sudah memiliki banyak anak muda yang mampu bersaing di kancah Internasional. Sebut saja debut Rio Haryanto yang mengikuti ajang balap mobil bergengsi F1, Owi dan Butet yang mampu kembali menorehkan sejarah tradisi emas bulutangkis di olimpiade, Joe Taslim yang mampu mendobrak tanah hollywood, dan tak kalah menarik adalah kreatifitas yang dimiliki oleh Gamal Albinsaid, seorang dokter muda pencetus asuransi kesehatan dengan sistem bank sampah yang mendapat penghargaan The Prince of Wales Young Sustainability Enterpreneur dari Kerajaan Inggris. Berita terbaru jelas sebagian besar orang akan tahu pemenang Miss Grand International 2016 yang berasal dari Indonesia yaitu Ariska Putri Pertiwi, dara cantik berusia 21 tahun dari medan.

Pidato sambutan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia menekankan bahwa Indonesia memiliki kekuatan besar dengan memiliki jumlah pemuda yang cukup tinggi. Data demografi jumlah pemuda Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan bahwa rentang usia 16-30 tahun saat ini berjumlah sekitar 61,8 juta jiwa atau sekitar 24,5% dari total penduduk Indonesia. Jumlah tersebut akan terus bertambah hinga mencapai puncaknya pada rentang tahun 2020 hingga 2035. Periode itu sering dikatakan bahwa Indonesia akan memiliki bonus demografi dengan usia produktif yang diproyeksikan berada  pada angka 64% dari total penduduk Indonesia.

Periode emas tersebut tentunya sangat diharapkan mampu membawa Indonesia kepada percepatan pembangunan ekonomi. Tidak hanya kuantitasnya saja, namun juga harus diperhatikan dari segi kualitas. Ketersediaan sumber daya manusia dengan jumlah peningkatan yang cukup signifikan, harus diimbagi dengan jumlah sumber dayanya yang produktif, sehingga Indonesia dapat melesat menjadi negara maju. Tentu hal tersebut menjadi sebuah mimpi besar yang harus diwujudkan secara bersama-sama. Tali estafet dari para senior tidak boleh terputus dengan terus memberikan bimbingan dan arahan bagaimana pemuda nantinya dapat berhasil mengemban tugasnya sebagai penerus bangsa.

Titik penting dari sambutan Menpora adalah pemuda memiliki potensi yang luar biasa untuk membawa Indonesia tinggal landas,  terlebih dengan akan adanya bonus demografi. Let’s bold this word, BONUS DEMOGRAFI. It can be our opportunity, but it can be our calamity indeed !!!

Tingginya angka usia produktif akan menuntut keberadaan lapangan pekerjaan yang tinggi pula. Ketidakseimbangan antara jumlah pencari kerja dan jumlah pekerjaan yang tersedia akan semakin meningkatkan tingkat pengangguran yang lebih besar. Saat ini berdasarkan data Badan Pusat Statistik per Februari 2016, Indonesia berada pada angka 5,5% untuk jumlah pengangguran terbuka. Angka tersebut mengalami penurunan dari periode yang sama tahun lalu yang berada pada angka 5,81%. Namun, perlu dicatat juga bahwa di periode hingga Februari 2016 tersebut terdapat penurunan angka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja sebesar 1,44%. Persentase pengangguran tertinggi adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan di angka 9,84%, mengalami peningkatan sebanyak 0,79%. Ironinya, peningkatan angka pengangguran terbuka paling tinggi justru pada mereka yang berasal dari lulusan universitas dengan angka 0,88%. Fluktuatifnya tingkat pengangguran seperti itu perlu menjadi perhatian serius sehingga tidak mengalami peningkatan yang signifikan.

Bonus demografi yang akan tiba nanti perlu disiapkan dengan sangat matang. Perlu adanya penancapan berbagai pondasi yang kokoh di berbagai bidang, guna membentuk pemuda Indonesia yang memiliki world class capacity. Pemuda Indonesia harus mempunyai keahlian, inovatif dan kreatif, kemampuan analisis, mampu berkomunikasi dengan baik serta mempunyai integritas tinggi.

Penyesuaian dengan kondisi lapangan kerja yang akan dicapai tentunya menjadi pertimbangan peningkatan kualitas diri. Keahlian akan diperlukan disetiap lini pekerjaan. Setiap bidang pekerjaan menuntut keahlian yang berbeda. Masing-masing keahlian yang dimiliki seseorang akan mempunyai nilai lebih yang dijadikan bahan pertimbangan dalam mempekerjakan seseorang. Keahlian tidak hanya bersifat kaku untuk mencari pekerjaan, tetapi juga dapat bermakna mempunyai keahlian untuk dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Inovatif dan kreatif di dalam sebuah pekerjaan akan memberikan nilai tambah bagi seseorang. Segala sesuatu mempunyai masa jenuh atau titik jenuh dalam suatu pekerjaan. Begitupun dengan berbagai kegiatan. Suatu kegiatan tanpa ada inovasi dan kreasi secara perlahan akan masuk pada titik jenuh yang menjadikannya meaningless. Setiap permasalah akan membutuhkan sebuah analisis guna mendapatkan penyelesaian atau jalan keluar yang tepat, maka dibutuhkanlah sebuah kemampuan analisis yang kuat. Kemampuan berkomunikasi sangatlah penting dimiliki oleh siapapun dalam konteks pekerjaan apapun. Cara berkomunikasi seseorang akan menggambarkan bagaimana kemampuan seseorang dalam bekerja, walaupun tidak selalu berbanding lurus, namun setidaknya mampu menjadi sebuah prediksi awal tentang kemampuan seseorang. Di dalam era globalisasi, kemampuan berkomunikasi menjadi sangat penting terlebih dalam penguasaan bahasa asing sebagai modal memasuki dunia kerja. Bahasa internasional menjadi bahasa pemersatu masyarakat dunia menjadikan sebuah komunitas yang meniadakan batas negara. Integritas memiliki makna yang luas terkait dengan kerja keras, disiplin, serta tanggung jawab atas apa yang menjadi pekerjaannya.

Kualitas tersebut di atas tidaklah semata-mata akan didapat tanpa sebuah upaya. Pemerintah dalam hal ini bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Perlu pondasi yang kuat terlebih dahulu dengan perbaikan di berbagai bidang agar dapat mencetak generasi bangsa yang handal. Strong foundation is a great investment in the development process. Proses pembangunan manusia harus dengan merubah sistem di sektor pendidikan. Pendidikan di Indonesia belum mampu menekankan kesetaraan. Kesenjangan sosial menjadi faktor lain sehingga pendidikan belum merata di berbagai wilayah di Indonesia. Sistem pembelajaran di Indonesia dirasakan masih memberikan pemaksaan terhadap peserta didik untuk mengikuti pelajaran yang tidak menjadi passion yang bersangkutan. Seharusnya sistem pendidikan harus memberikan dukungan terhadap apa yang menjadi minat peserta didik dengan baik sehingga fokus terhadap apa yang menjadi tujuan peserta didik. Masalah kesejahteraan guru dan fasilitas penunjang pendidikan juga menjadi masalah tersendiri dalam sistem pendidikan kita.

Kesehatan turut menjadi bagian yang perlu dilakukan reformasi guna persiapan kedatangan ledakan usia produktif. Mens Sana in Corpore Sano, istilah tersebut patut menggambarkan bagaimana kesehatan akan berperan penting dalam proses pembangunan manusia. Pelayanan kesehatan harus diberikan secara maksimal. Program BPJS atau program lainnya dengan tujuan yang sama harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, dilaksanakan dengan prinsip kesetaraan, dan dilakukan dengan prinsip pelayanan prima, setidaknya dengan pelayanan minimal. Pondasi inti dalam menyongsong lahirnya angka generasi muda yang tinggi adalah sektor ketenagakerjaan. Penyediaan lapangan pekerjaan harus dilakukan selain juga mendorong generasi muda untuk dapat menciptakan lapangan pekerjaannya sendiri. Perlu disusun peraturan yang ketat terhadap keberadaan pekerja asing selain memang mempersiapkan daya saing kuat pekerja Indonesia agar tidak kalah bersaing.

The last but not least adalah pemerintah sebagai penyusun kebijakan yang nantinya akan bertanggung jawab terhadap bonus demografi juga harus memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk melanjutkan tali estafet. Sentimen negatif terhadap minimnya pengalaman memimpin organisasi harus dihilangkan dan harus mampu juga dijawab oleh generasi muda dengan kualitas pengetahuan yang kuat serta kemampuan manajerial yang mumpuni. Sehingga apabila generasi muda di dalam pemerintah, masyarakat dan dunia usaha saling bersinergi baik, bukan hal mustahil bonus demografi menjadi sebuah kesempatan emas untuk membawa Indonesia tinggal landas. #oes

Tidak ada komentar:

Posting Komentar