Karena
masih hangat peringatan sumpah pemuda, kali ini saya akan coba membuat coretan
pendapat ringan saya terkait sumpah pemuda. Mungkin sebagai bahan referensi,
saya akan mengambil materi sambutan Menteri Pemuda dan Olahraga dalam Upacara
Peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun 2016. Let’s begin...
Berikan aku 1000 orang tua maka aku akan
cabut semeru dari akarnya....
Berikan aku 10 pemuda maka akan ku goncang
dunia...
(Ir. Soekarno)
Ungkapan
tersebut kerap dijadikan sebuah mukadimah untuk memberikan semangat kepada anak
muda dalam menatap masa depan, bahwasanya pemuda memiliki kekuatan ataupun
potensi yang besar untuk dapat
dikembangkan.
Indonesia
saat ini sudah memiliki banyak anak muda yang mampu bersaing di kancah
Internasional. Sebut saja debut Rio Haryanto yang mengikuti ajang balap mobil
bergengsi F1, Owi dan Butet yang mampu kembali menorehkan sejarah tradisi emas
bulutangkis di olimpiade, Joe Taslim yang mampu mendobrak tanah hollywood, dan
tak kalah menarik adalah kreatifitas yang dimiliki oleh Gamal Albinsaid, seorang
dokter muda pencetus asuransi kesehatan dengan sistem bank sampah yang mendapat
penghargaan The Prince of Wales Young
Sustainability Enterpreneur dari Kerajaan Inggris. Berita terbaru jelas
sebagian besar orang akan tahu pemenang Miss Grand International 2016 yang
berasal dari Indonesia yaitu Ariska Putri Pertiwi, dara cantik berusia 21 tahun
dari medan.
Pidato
sambutan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia menekankan bahwa
Indonesia memiliki kekuatan besar dengan memiliki jumlah pemuda yang cukup
tinggi. Data demografi jumlah pemuda Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 40
Tahun 2009 tentang Kepemudaan bahwa rentang usia 16-30 tahun saat ini berjumlah
sekitar 61,8 juta jiwa atau sekitar 24,5% dari total penduduk Indonesia. Jumlah
tersebut akan terus bertambah hinga mencapai puncaknya pada rentang tahun 2020
hingga 2035. Periode itu sering dikatakan bahwa Indonesia akan memiliki bonus
demografi dengan usia produktif yang diproyeksikan berada pada angka 64% dari total penduduk Indonesia.
Periode
emas tersebut tentunya sangat diharapkan mampu membawa Indonesia kepada
percepatan pembangunan ekonomi. Tidak hanya kuantitasnya saja, namun juga harus
diperhatikan dari segi kualitas. Ketersediaan sumber daya manusia dengan jumlah
peningkatan yang cukup signifikan, harus diimbagi dengan jumlah sumber dayanya yang
produktif, sehingga Indonesia dapat melesat menjadi negara maju. Tentu hal
tersebut menjadi sebuah mimpi besar yang harus diwujudkan secara bersama-sama. Tali
estafet dari para senior tidak boleh terputus dengan terus memberikan bimbingan
dan arahan bagaimana pemuda nantinya dapat berhasil mengemban tugasnya sebagai
penerus bangsa.
Titik
penting dari sambutan Menpora adalah pemuda memiliki potensi yang luar biasa
untuk membawa Indonesia tinggal landas,
terlebih dengan akan adanya bonus demografi. Let’s bold this word, BONUS
DEMOGRAFI. It can be our opportunity, but it can be our calamity indeed !!!
Tingginya
angka usia produktif akan menuntut keberadaan lapangan pekerjaan yang tinggi
pula. Ketidakseimbangan antara jumlah pencari kerja dan jumlah pekerjaan yang
tersedia akan semakin meningkatkan tingkat pengangguran yang lebih besar. Saat ini
berdasarkan data Badan Pusat Statistik per Februari 2016, Indonesia berada pada
angka 5,5% untuk jumlah pengangguran terbuka. Angka tersebut mengalami
penurunan dari periode yang sama tahun lalu yang berada pada angka 5,81%. Namun,
perlu dicatat juga bahwa di periode hingga Februari 2016 tersebut terdapat
penurunan angka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja sebesar 1,44%. Persentase
pengangguran tertinggi adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan di angka 9,84%,
mengalami peningkatan sebanyak 0,79%. Ironinya, peningkatan angka pengangguran
terbuka paling tinggi justru pada mereka yang berasal dari lulusan universitas
dengan angka 0,88%. Fluktuatifnya tingkat pengangguran seperti itu perlu
menjadi perhatian serius sehingga tidak mengalami peningkatan yang signifikan.
Bonus
demografi yang akan tiba nanti perlu disiapkan dengan sangat matang. Perlu adanya
penancapan berbagai pondasi yang kokoh di berbagai bidang, guna membentuk
pemuda Indonesia yang memiliki world
class capacity. Pemuda Indonesia harus mempunyai keahlian, inovatif dan
kreatif, kemampuan analisis, mampu berkomunikasi dengan baik serta mempunyai
integritas tinggi.
Penyesuaian
dengan kondisi lapangan kerja yang akan dicapai tentunya menjadi pertimbangan
peningkatan kualitas diri. Keahlian akan diperlukan disetiap lini pekerjaan. Setiap
bidang pekerjaan menuntut keahlian yang berbeda. Masing-masing keahlian yang
dimiliki seseorang akan mempunyai nilai lebih yang dijadikan bahan pertimbangan
dalam mempekerjakan seseorang. Keahlian tidak hanya bersifat kaku untuk mencari
pekerjaan, tetapi juga dapat bermakna mempunyai keahlian untuk dapat
menciptakan lapangan pekerjaan. Inovatif dan kreatif di dalam sebuah pekerjaan
akan memberikan nilai tambah bagi seseorang. Segala sesuatu mempunyai masa
jenuh atau titik jenuh dalam suatu pekerjaan. Begitupun dengan berbagai
kegiatan. Suatu kegiatan tanpa ada inovasi dan kreasi secara perlahan akan
masuk pada titik jenuh yang menjadikannya meaningless.
Setiap permasalah akan membutuhkan sebuah analisis guna mendapatkan
penyelesaian atau jalan keluar yang tepat, maka dibutuhkanlah sebuah kemampuan
analisis yang kuat. Kemampuan berkomunikasi sangatlah penting dimiliki oleh
siapapun dalam konteks pekerjaan apapun. Cara berkomunikasi seseorang akan
menggambarkan bagaimana kemampuan seseorang dalam bekerja, walaupun tidak
selalu berbanding lurus, namun setidaknya mampu menjadi sebuah prediksi awal
tentang kemampuan seseorang. Di dalam era globalisasi, kemampuan berkomunikasi
menjadi sangat penting terlebih dalam penguasaan bahasa asing sebagai modal
memasuki dunia kerja. Bahasa internasional menjadi bahasa pemersatu masyarakat
dunia menjadikan sebuah komunitas yang meniadakan batas negara. Integritas memiliki
makna yang luas terkait dengan kerja keras, disiplin, serta tanggung jawab atas
apa yang menjadi pekerjaannya.
Kualitas
tersebut di atas tidaklah semata-mata akan didapat tanpa sebuah upaya. Pemerintah
dalam hal ini bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas sumber daya
manusianya. Perlu pondasi yang kuat terlebih dahulu dengan perbaikan di
berbagai bidang agar dapat mencetak generasi bangsa yang handal. Strong foundation is a great investment in the
development process. Proses pembangunan manusia harus dengan merubah sistem
di sektor pendidikan. Pendidikan di Indonesia belum mampu menekankan
kesetaraan. Kesenjangan sosial menjadi faktor lain sehingga pendidikan belum
merata di berbagai wilayah di Indonesia. Sistem pembelajaran di Indonesia
dirasakan masih memberikan pemaksaan terhadap peserta didik untuk mengikuti
pelajaran yang tidak menjadi passion yang
bersangkutan. Seharusnya sistem pendidikan harus memberikan dukungan terhadap apa
yang menjadi minat peserta didik dengan baik sehingga fokus terhadap apa yang
menjadi tujuan peserta didik. Masalah kesejahteraan guru dan fasilitas
penunjang pendidikan juga menjadi masalah tersendiri dalam sistem pendidikan
kita.
Kesehatan
turut menjadi bagian yang perlu dilakukan reformasi guna persiapan kedatangan
ledakan usia produktif. Mens Sana in
Corpore Sano, istilah tersebut patut menggambarkan bagaimana kesehatan akan
berperan penting dalam proses pembangunan manusia. Pelayanan kesehatan harus
diberikan secara maksimal. Program BPJS atau program lainnya dengan tujuan yang
sama harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, dilaksanakan dengan
prinsip kesetaraan, dan dilakukan dengan prinsip pelayanan prima, setidaknya
dengan pelayanan minimal. Pondasi inti dalam menyongsong lahirnya angka
generasi muda yang tinggi adalah sektor ketenagakerjaan. Penyediaan lapangan
pekerjaan harus dilakukan selain juga mendorong generasi muda untuk dapat
menciptakan lapangan pekerjaannya sendiri. Perlu disusun peraturan yang ketat
terhadap keberadaan pekerja asing selain memang mempersiapkan daya saing kuat
pekerja Indonesia agar tidak kalah bersaing.
The last but not least
adalah pemerintah sebagai penyusun kebijakan yang nantinya akan bertanggung
jawab terhadap bonus demografi juga harus memberikan kesempatan kepada generasi
muda untuk melanjutkan tali estafet. Sentimen negatif terhadap minimnya pengalaman
memimpin organisasi harus dihilangkan dan harus mampu juga dijawab oleh
generasi muda dengan kualitas pengetahuan yang kuat serta kemampuan manajerial yang mumpuni. Sehingga apabila generasi
muda di dalam pemerintah, masyarakat dan dunia usaha saling bersinergi baik,
bukan hal mustahil bonus demografi menjadi sebuah kesempatan emas untuk membawa
Indonesia tinggal landas. #oes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar